Social Networking
Cari
Manajemen Rumah Sakit
GEMPA LOMBOK, BANTUAN BUKAN HANYA SAAT TANGGAP DARURAT |
![]() |
![]() |
![]() |
Written by dr.Sholihul Absor,MARS |
Saturday, 22 September 2018 08:28 |
GEMPA LOMBOK, BANTUAN BUKAN HANYA SAAT TANGGAP DARURAT Gempa beruntun yang mengguncang Lombok memaksa semua orang mencurahkan perhatiannya ke sana, di tengah hiruk pikuk pencalonan pasangan presiden, termasuk saya. Sebenarnya, sejak gempa yang pertama 29 Juli 2018 sudah ada yang diberangkatkan dari jaringan RS Muhammadiyah dan Aisyiyah Jawa Timur (Jaringan RSMA Jatim) yaitu dari tim medis RS Muhammadiyah Lamongan. Namun karena dampak yang ditimbulkan tidak terlalu besar, maka saya pikir hal ini bisa ditangani dengan prosedur seperti biasanya, dan tidak membutuhkan waktu yang panjang operasinya. Tapi ketika terjadi lagi gempa ke dua pada 5 agustus 2018, dengan kekuatan yang lebih besar yang mengakibatkan korban jauh lebih banyak dan berat, maka saya memutuskan untuk menyiapkan kekuatan bantuan yang lebih tangguh. Bukan hanya saat tanggap darurat saja, melainkan juga pada tahap rehabilitasi dan konstruksi. Dan bukan hanya bantuan medis saja tetapi juga rehabilitasi fisik serta psikososial, jadi melibatkan berbagai unsur. Untuk mendapatkan gambaran yang pas, akhirnya saya yang mewakili jaringan RSMA Jatim bersama MDMC Jawa Timur (Muhammadiyah Dissaster Management Centre) dan Lazismu Jawa Timur (Lembaga Amil dan Zakat Muhammadiyah) berangkat ke Lombok pada 15 agustus 2018. MDMC dalam hal ini bertindak sebagai komando yang menggerakkan seluruh potensi bantuan baik fisik maupun tenaga, sedangkan Lazismu sebagai penyandang dana. Dari bandara Juanda Surabaya saya berangkat pagi, sampai di Lombok siang. Bandara Lombok Praya siang itu tampak kesibukan seperti bandara pada umumnya, rupanya gempa tidak berdampak sampai disini. Saya bertemu beberapa orang yang nampaknya seperti relawan, jadi banyak juga yang memberi bantuan ke sana. Memang seringkali bencana bisa menyatukan berbagai pihak, termasuk yang semula berseteru, seperti di Aceh dulu. Setelah berkoordinasi dengan posko MDMC di Mataram, bersama tim saya langsung ke daerah yang paling terdampak yaitu di dusun Lading Lading, desa Tanjung, kecamatan Gangga, kabupaten Lombok Utara. Di tempat ini sudah berdiri pos koordinasi MDMC yang menaungi pengungsian. Ada 77 kepala keluarga dan sekitar 300 orang yang tinggal. Alhamdulillah semua tertangani dengan baik meskipun dengan segala keterbatasan. Ada musholla darurat, MCK, air mengalir walaupun kecil, makan dan tenaga medis tersedia. Saya lihat sekali sekali ada warga yang berobat karena sakit ringan. Wajah mereka jelas masih menyisakan gurat kesedihan dan trauma. Semoga mereka diberi kekuatan menghadapi cobaan ini. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke lokasi pengungsian yang lebih besar, sekitar 2 kilometer jauhnya. Sampai di sana saya lihat tenda tenda yang terhampar di lapangan yang luas. Saya perkirakan sekitar 500 jiwa tinggal di sana, kondisinya tidak sebaik pos yang pertama saya kunjungi. Angin yang berdebu sering menghempas langsung ke tenda. Musholla darurat yang semalam dibangun MDMC pun atap terpalnya juga semburat. Pengungsian ini dikelola bersama oleh relawan berbagai institusi. Hari menjelang sore, saya bersama tim bergegas pulang karena perjalanan pulang ke Mataram membutuhkan waktu 3 jam, cukup lama. Namun di jalan saya sempatkan mampir di TK Aisyiyah yang hampir roboh. Juga melihat kantor BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) yang hancur. Hampir sampai kota mobil dibelokkan Agung, driver yg sekaligus koordinator MDMC di pos utama, ke arah pelabuhan. Di sini saya mengunjungi tim medis dari RSI Aisyiyah Madiun. Mereka kebetulan bertugas membantu tim medis dari RS Terapung Ksatria Airlangga. Rumah sakit di atas kapal ini mampu melakukan operasi tulang, kandungan, dll. Tim medis RSI Aisyiyah Madiun ini membantu perawatan pasien pasca operasi. Alhamdulillah mereka dalam kondisi fit dan mampu berkerjasama dengan baik.
Bersama kru RS Apung Univ Airlangga Surabaya Larut malam, akhirnya sampai di kota. Setelah mengisi perut saya bersama tim melanjutkan rapat koordinasi. Kami menguatkan alur koordinasi dan merencanakan langkah selanjutnya. Rapat mengasilkan keputusan bahwa koordinasi dengan tim nasional perlu dikuatkan, bahkan komando operasi mengikuti penuh arahan pimpinan pusat. Diperkirakan minimal 3 bulan ke depan operasi tetap berlangsung, oleh karena itu harus ditangani scr komprehensif dg melibatkan unsur yg lebih luas dlm hal ini jaringan RSMA, MDMC, lazismu pusat. Alhamdulillah hingga tulisan ini dimuat operasi bantuan medis masih berjalan, tak kurang dari 14 tim dari jaringan RSMA Jawa Timur yang sudah berangkat dengan masa tugas masing masing tim 10 hari. Kegiatan trauma healing juga terus dilakukan, ratusan hunian sementara sdh dibangun, menyusul bangunan fasilitas publik seperti sekolah, tempat ibadah, klinik, dll. Pukul 12 malam, bersama mas Rofii, ketua MDMC Jawa Timur, di kamar yang cukup nyaman saya tidur. Bayangan para pengungsi dan relawan yang tidur di tenda dengan makan seadanya berkelindan. Mungkin mereka sedang sulit tidur karena kedinginan atau dirubung nyamuk. Ah......jadi ngak enak dan malu rasanya dengan para relawan. Semoga Allah menguatkan para korban dan relawan, serta membalas pengorbanan dengan pahala yang melimpah....amiiin.
twitter@dokter_absor |
Last Updated on Saturday, 22 September 2018 09:02 |