REUNI : Kecemasan yang berbuah kenangan
REUNI : Kecemasan yang berbuah kenangan PDF Print E-mail
Written by dr.Sholihul Absor,MARS   
Monday, 21 March 2011 08:36

Ketika kita bertemu dengan kawan yang lama tidak bersua, tentu sangat senang sekali. Apalagi kawan itu pernah bersama sama melewati moment yang penting dalam hidup kita. Canda dan tawa bersama menghiasi perjumpaan. Dan….. cerita indah, suka dan duka diputar kembali menghiasi perjumpaan.

Itulah yang terjadi pada hari minggu kemarin. Saya dapat undangan menghadiri reuni haji di kota pasuruan. Cukup jauh dari rumah saya, tiga jam perjalanan melewati jalan raya Porong yang macet. Meskipun begitu saya antusias menghadiri acara ini. Sebab, selain bertemu dengan rombongan haji satu travel, juga akan bertemu dengan tiga orang spesial yang selama haji menjadi teman sekamar.

Tiga orang itu adalah; dokter Subur Suprojo, dokter kandungan senior di Jombang. Pak Wildan Aminuddin, bos dari lima showroom mobil yang tergabung dalam Istana Motor Group. Dan Pak Variaman, pengusaha advertising nasional. Kami berempat oleh travel haji digabungkan dalam satu kamar ketika di makkah maupun madinah. Sedangkan istri saya sekamar dengan istri mereka yang letaknya bersebelahan. Berawal dari teman sekamar inilah, kami yang tadinya tidak saling mengenal menjadi akrab layaknya sahabat karib. Begitu juga dengan istri kami berempat.

para bapak-bapak saat istirahat ditempat peristirahatan TOL (kiri ke kanan: P.Wildan, P.Variaman, Saya dan dr. Subur)

Para Ibu saat diTanah Suci (Ny Soesi istri saya, Ny Dhini istri P.Wildan, Ny Lisa Istri dr Subur dan Ny Rita istri dari P.Variaman)

Terus terang, banyak kecemasan ketika akan menunaikan ibadah haji bersama istri. Mulai dari tidak sekamarnya dengan istri, takut tidak cocok dengan teman sekamar, privasi yang terganggu, kamar mandi harus gantian, dan lain lain kecemasan yang biasa diceritakan oleh orang yang usai menunaikan ibadah haji. Meskipun ini haji kedua bagi saya, namun sangat berbeda kondisinya. Dulu saya berangkat berenam bersama dengan keluarga, sehingga meskipun satu kamar tapi saya sangat familiar dengan mereka sehingga tidak ada yang perlu dicemaskan.


Ternyata, kecemasan itu hilang seketika saat kami bergabung. Memang ada kekakuan sedikit pada awal bergabung, tapi suasana segera cair dan berubah menjadi hangat seolah kami sudah kenal lama. Dokter Subur yang terlihat sangar dengan kumisnya ternyata dia adalah pria yang humoris. Pak Wildan yang berpenampilan rapi dan tenang ternyata juga sering meledak ledak jika bercerita. Sebaliknya, pak Variaman yang sering terlihat serius dan pendiam ternyata sering jail dan suka bertindak konyol, sehingga jadi bahan candaan. Pendek kata perjalanan haji menjadi "seru" dan jauh dari rasa cemas seperti sebelum berangkat.

 

Sebenarnya, apa yang terjadi ini bukanlah suatu kebetulan. Saya ingat, ketika pembekalan (manasik) sebelum berangkat, oleh travel disodori semacam kuesioner tentang data pribadi dan kebiasaan hidup (life style). Disinilah pintarnya travel dalam mengelompokkan jamaah haji sehingga interaksi teman sekamar menjadi cocok dan seakan sehati.

Hasil akhir dari usaha mencocokkan antar jamaah haji ini berbuah kepuasan terhadap pelayanan travel. Bila dipikir, sebenarnya kepuasan pelayanan bukanlah berasal dari fasilitas yang diberikan, karena saya merasa sudah membayar fasilitas yang disajikan sesuai dengan harga pasar. Tapi lebih karena mendapatkan pengalaman beribadah yang berkesan (memorable experience).

Menurut saya, kunci kesuksesan travel haji dalam hal ini adalah mampu memahami anxiety and desire (kecemasan dan keinginan terpendam) dari jamaahnya melalui penggalian informasi pribadi dengan pengisian kuesioner. Sehingga kecemasan dan harapan terpendam dari jamaah berubah menjadi pengalaman yang berkesan.

Saat reuni kemarin, saya mengulang memori indah dengan janjian berangkat bareng di peristirahatan tol sidoarjo. Dan, perjalanan pulang mampir beli kambing oven di Bangil. Kenangan indah yang tak akan terlupakan.

Last Updated on Thursday, 26 May 2011 11:00